INFORMASI SEPUTAR ANCAMAN CYBER DI DUNIA INFORMASI SEPUTAR ANCAMAN CYBER DI DUNIA Identifikasi Ancaman Siber dalam Industri Perbankan dan Keuangan

Identifikasi Ancaman Siber dalam Industri Perbankan dan Keuangan

Identifikasi Ancaman Siber dalam Industri Perbankan dan Keuangan

Industri perbankan dan keuangan di Indonesia menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Menurut Bambang Heru Tjahjono, Direktur Pengawasan Bank BUKU IV di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serangan siber merupakan salah satu tantangan utama di sektor ini. Bambang merinci, serangan bisa berasal dari banyak sumber, seperti hacker individu hingga kelompok terorganisir.

“Perbankan memang menjadi target utama, karena data yang dimiliki sangat sensitif dan bernilai. Mulai dari data nasabah hingga transaksi keuangan," kata Bambang. Risiko ini semakin tinggi dengan makin banyaknya transaksi digital.

Selain itu, sektor ini juga rentan terhadap ancaman ‘phishing’. Hal ini terjadi ketika penyerang mencoba mendapatkan informasi sensitif seperti username, password, dan detail kartu kredit dengan pura-pura menjadi entitas tepercaya dalam komunikasi elektronik.

Waspada lainnya adalah ancaman ‘ransomware’. Ini adalah jenis perangkat lunak jahat yang merusak data pengguna kecuali mereka membayar tebusan. Menurut laporan dari CyberEdge, 62% perusahaan di Indonesia mengalami serangan jenis ini pada tahun 2020.

Menghadapi dan Menanggulangi Ancaman Siber di Sektor Keuangan dan Perbankan

Untuk menghadapi dan menanggulangi ancaman siber ini, langkah proaktif sangat diperlukan. Pertama, perlunya pendekatan keamanan yang menyeluruh. Bukan hanya fokus pada teknologi, tapi juga pada orang dan proses.

“Keamanan siber bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang orang dan proses. Semua orang di organisasi perlu memahami risikonya dan tahu apa yang harus dilakukan saat serangan terjadi," jelas Trisno Nugroho, Head of Cyber Security di Bank Mandiri.

Pentingnya pendidikan dan pelatihan juga tak bisa disepelekan. Ini membantu karyawan memahami cara kerja serangan siber dan bagaimana menanganinya. Menurut Trisno, pelatihan sebaiknya mencakup simulasi serangan nyata agar karyawan lebih siap.

Langkah selanjutnya adalah membangun kerjasama dengan lembaga terkait. Seperti OJK dan Kominfo, yang memiliki tugas melindungi konsumen dan memastikan integritas sistem. Kerjasama ini bisa membantu dalam identifikasi, pencegahan, dan respon terhadap ancaman siber.

Terakhir, penting untuk selalu update dan peningkatan sistem keamanan. Teknologi adalah senjata ganda. Sementara dapat membuat transaksi lebih mudah, juga membuat sistem lebih rentan terhadap serangan. Oleh karena itu, pembaruan dan peningkatan sistem keamanan harus menjadi prioritas.

Tidak ada solusi sempurna untuk ancaman siber, tapi dengan pendekatan proaktif dan kolaboratif, industri perbankan dan keuangan bisa melindungi diri dan nasabahnya dari dampak yang paling merusak.

Related Post