INFORMASI SEPUTAR ANCAMAN CYBER DI DUNIA INFORMASI SEPUTAR ANCAMAN CYBER DI DUNIA Dampak Ancaman Siber pada Bisnis Global di Indonesia

Dampak Ancaman Siber pada Bisnis Global di Indonesia

Dampak Negatif Ancaman Siber terhadap Bisnis Global di Indonesia

Ancaman siber telah menjadi momok bagi banyak bisnis global di Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Andi Wijaya, Direktur Utama PT. Cyberindo Aditama, "Ancaman siber bisa membawa dampak buruk bagi reputasi, keuangan, dan operasional perusahaan." Kehilangan data penting, kerugian finansial hingga penurunan kepercayaan konsumen adalah sebagian kecil dari dampak yang dapat terjadi.

Bisnis global di Indonesia yang terhubung secara digital rentan terhadap serangan siber yang dilakukan oleh peretas. Tak heran, menurut riset dari McKinsey, kerugian ekonomi akibat serangan siber di Indonesia mencapai $34 miliar pada 2020. Menurut ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza, "Serangan siber sangat mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan nasional."

Dalam dunia bisnis global, reputasi adalah segalanya. Maka ketika perusahaan menjadi korban serangan siber, reputasinya bisa tercoreng. Hal ini dapat mengakibatkan konsumen merasa tidak aman dan berpindah ke kompetitor. Sementara itu, kerugian finansial bisa terjadi karena perusahaan harus membayar denda, biaya pemulihan data, dan biaya lainnya yang muncul akibat serangan siber.

Mengantisipasi dan Menyikapi Ancaman Siber untuk Menjaga Stabilitas Bisnis Global di Indonesia

Mengantisipasi ancaman siber bukanlah hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. "Untuk menghadapi ancaman siber, perusahaan harus selalu update sistem keamanan mereka," kata Rudiantara, Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan pendidikan dan pelatihan tentang keamanan siber kepada pegawai.

Investasi dalam teknologi keamanan siber juga sangat penting. Menurut William Makatita, ahli keamanan siber, "Teknologi keamanan dapat membantu mendeteksi dan mencegah serangan siber sebelum mereka mengakibatkan kerusakan."

Perusahaan juga perlu melakukan audit keamanan secara berkala untuk memastikan tidak ada celah keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh peretas. Selain itu, mereka juga perlu memiliki rencana pemulihan bila terjadi serangan siber. "Rencana pemulihan membantu perusahaan untuk segera kembali beroperasi setelah serangan," jelas Nanda Ivens, CEO Revolusi Digital Indonesia.

Namun, antisipasi saja tidak cukup. Perusahaan juga harus proaktif dalam melaporkan serangan siber ke pihak berwenang. Ini penting untuk membantu pihak berwenang dalam melacak dan menangkap peretas.

Sebagai penutup, ancaman siber adalah realitas yang harus dihadapi oleh bisnis global di Indonesia. Namun, dengan antisipasi yang tepat, dampak negatifnya dapat diminimalkan dan stabilitas bisnis dapat tetap terjaga.

Related Post